NUTU KA HALU : Perli Rizal Ngilu Nutu Ka Halu jeung ibu-ibu di Kampung Kasepuhan Ciptagelar (Abah Ugi), Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
NYIDURU : Nyiduru bari ngaleumpeuhkeun daun cau dina hawu Dapur Imah Gede, Kasepuhan Sinarresmi (Abah Asep Nugraha), Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok.
PONYO : sangu beureum nu gede proteina diakeul ku Si Ema dina Dulang jeung cocolek dina bahan kayu nangka. Ngarah gancang tiis, Si Ema ngageberan sangu akeul make hihid awi.
SUKABUMI--Urang lembur di Kasepuhan Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, masih ngajaga tradisi adat Banten Kidul. Lain saukur cara melak jeung panen wungkul. Urang desa sagala rupana masih percaya kana jampe pamake sampe larangan nu disebut pamali. Lamun nyangu ge carang make kompor, komo kompor gas. Lolobana warga lembur milih alat tradisional hawu nu bahan bakarna kayu. Salian ti eta, perlengkapanana oge masih make alat nu alamiah. Saperti make aseupan jeung ngakeul na dulang. Memang tradisi eta lain saukur ngajaga warisan nenek moyang. Rasa kanikmatana ge menang beda dibanding sangu meunang kompor atawa magic com.
Sangu akeul nu katelah rasana pulen tur proses dipelakna teu make pupuk kimia tapi make pupuk kandang, dinilai leuwih sehat. Tapi kiwari, di lembur lumayan geus rada luntur jang ngajaga kabiasaan make bahan alami teh. Kusabab, aya program pamarentah bantuan pupuk kimia saperti urea jeung TS sampe ayeuna warga kacanduan make nu teu alami.
Tapi urang apresiasi ka pa tani anu masih mempertahankeun pepelakan nu make pupuk alami. Bilih dulur hoyong ngaraosan kumaha nikmatna sangu akeul ditumpangan ku sambel mangga amengan ka lembur. Komo lamun ditumpangan ku lauk asin atawa lauk laut mah leuwih gurilem.(ryl)
Selasa, 12 Januari 2016
Dari Aktivis sampai Jurnalis
Mantan Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sukabumi ini tidak pernah bermimpi bekerja sebagai jurnalis. Akibat kerap melakukan aksi kontrol sosial kepada kebijakan-kebijakan pemerintah bersama rekan-rekannya pada 2007-2009 silam, ia pun dekat dengan sejumlah wartawan.
Dari kedekatannya dengan sejumlah awak media itu, dirinya mendapatkan tawaran bekerja menjadi kuli tinta. Dengan hanya bermodalkan keberanian dan kejujuran, pria berambut gondrong yang akrab disapa Feryl itu memulai karirnya bergabung dengan Radar Sukabumi (PT Sukabumi Ekspres Media) sebagai calon reporter di Kota Sukabumi sejak Maret 2010 menjelang wisuda.
Tak mudah untuk mendapatkan ID Card di tempat kerjanya, dirinya harus menempuh delapan bulan bekerja hingga diakui sebagai wartawan dan memiliki kartu identitasnya itu. Karirnya pun terus menanjak setelah menjalankan tugas di kampung halamannya Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi selama dua tahun, sejak 2011 hingga 2013.
Kini putra nelayan Palabuhanratu tersebut memiliki peran penting dalam mengolah reporter dalam menugaskan peliputan. Perannya pun sangat dominan di dapur redaksi duet bersama Redaktur Pelaksana, Sri Sumarni dan redaktur lainnya.
Sebagai salah satu otak redaksi, tak jarang dirinya ikut terjun langsung ke lapangan, untuk melakukan peliputan. Feryl yang juga Ketua Forum Jurnalis Palabuhanratu (FJP) selalu menekankan kepada reporter agar bekerja cerdas, tulus, tidak mempermainkan kasus terlebih dalam peliputan.
Kendati diakui produk Radar Sukabumi masih jauh dari kata memuaskan, namun pria yang berprinsip bekerja dengan tulus, ikhlas dan cerdas itu selalu menggenjot 'Pasukan' redaksi media lokal terbesar di Sukabumi ini agar selalu berkreasi demi menghasilkan karya-karya berkualitas.(*)
Nama : Perli Rizal
Jabatan : Koordinator Liputan
Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi, 10 Agustus 1981
Alamat : Jalan Bhayangkara, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Gunungpuyuh Kota Sukabumi
Pendidikan : S1 STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
Jabatan : Koordinator Liputan
Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi, 10 Agustus 1981
Alamat : Jalan Bhayangkara, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Gunungpuyuh Kota Sukabumi
Pendidikan : S1 STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
Senin, 11 Januari 2016
Karyawati PT BIB Tewas di Pantai Karanghawu
foto : usman/radarsukabumi
EVAKUASI: Jenazah Kurnia, korban laka laut di pesisir Pantai Karanghawu, Kabupaten Sukabumi ditemukan senin (11/1).
SUKABUMI - Karyawati PT Bintang Indah Bekasi (BIB), Kurnia (20), korban gulung ombak Pantai Karanghawu, Kebonkalapa, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi akhirnya ditemukan dengan kondisi sudah tak bernyawa, tak jauh dari Markas Koramil Cisolok, pukul 06.15 WIB, kemarin (11/1).
Korban yang merupakan warga Kampung Babelan RT 01/04, Kelurahan Bekasi, Kabupaten Bekasi itu ditemukan oleh anggota Koramil Cisolok terhempas ombak ke tepi pantai.
Para petugas pengaman pantai, anggota koramil, Polsek Cisolok dan Anggota Search and Rescue Daerah (SARDA) Kabupaten Sukabumi pun langsung mengevakuasi korban ke Rumah Sakit Badan
Layanan Umum Daerah (RS BLUD) Palabuhanratu.
Ketua Tim SARDA Kabupaten Sukabumi, Okih Fajri Assidiq menjelaskan, korban mengalami luka di bagian pelipis mata kanan hingga mengeluarkan darah. Diduga, luka tersebut akibat benturan keras dengan karang setelah dihempas arus bawah laut.
"Tetapi tubuh korban masih utuh. Pakaian serta perhiasan emasnya pun masih lengkap," jelas Okih kepada Radar Sukabumi.
Seperti diketahui, korban datang untuk berlibur pada Minggu (10/1) lalu bersama rombongannya. Namun saat korban dan rekannya Farah MH (13) warga Kampung Rawa Bandung RT 08/07 Kelurahan Jatinegara Jakarta Timur, berenang di daerah yang sudah diberi tanda bahaya oleh petugas keamanan pantai. Keduanya pun terseret arus setelah ombak besar menghantamnya. Namun saat itu, Farah yang diketahui masih berstatus pelajar itu terhempas ke pinggir pantai hingga bisa menyelamatkan diri. Sedangkan Kurnia hilang digerus arus. Para relawan pun berupaya melakukan pencarian di sekitar tempat kejadian musibah (TKM). Korban baru bisa ditemukan lantaran terhempas ombak ke tepi pantai.
"Korban langsung dibawa oleh keluarganya setelah divisum di rumah sakit," tuturnya.
Ia juga mengimbau, bagi wisatawan yang bermain ke pantai selatan agar berhati-hati. Terlebih bagi wisatawan yang tidak bisa berenang di laut.
"Kami berharap wisatawan bisa mengikuti imbauan para petugas dan mematuhi larangan-larangannya. Karena semua itu untuk keselamatan wisatawan. Sehingga, jangan sampai tujuan berwisata itu malah pulang menjadi duka," imbaunya.(cr3/t)
Kejari Cibadak Didemo , GMNI Tuntut Tuntaskan Kasus Korupsi
foto:rendi/radarsukabumi
PANAS: Para demonstran dari GMNI Kabupaten Sukabumi membawa sebuah spanduk putih bertuliskan 'Wujudkan Supremasi Hukum Bertinta Merah'. Mereka juga membawa sebuah keranda mayat yang bertuliskan 'Pekerja Mati' saat berdemo di Kantor Kejari Cibadak, Jalan Karangtengah, Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, senin (11/1).
SUKABUMI - Geram dengan kinerja Kejaksaan Negeri (Kejari) Cibadak, sejumlah massa dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Sukabumi geruduk Kantor Kejari Cibadak, Jalan Karangtengah, Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, kemarin (11/1). Mereka mendesak pihak Kejari Cibadak segera menuntaskan kasus korupsi yang tengah ditanganinya.
Pantauan Radar Sukabumi, massa datang sekitar pukul 10.30 WIB dengan membawa sebuah spanduk putih bertuliskan 'Wujudkan Supremasi Hukum Bertinta Merah'. Selain itu, mereka juga membawa sebuah keranda mayat yang bertuliskan 'Pekerja Mati', sebagai lambang mati dan tak bisa bekerjanya para penegak hukum.
Sempat terjadi ketegangan antara pihak demonstran dengan aparat keamanan. Ketegangan itu dipicu saat massa membakar keranda, dan aparat mencoba memadamkan. Massa tidak terima, hingga akhirnya adu mulut pun terjadi. Beruntung, pihak keamanan memilih mengalah ketimbang melayani para demonstran yang nampak mulai memanas.
Koordinator Aksi, Dewek Sapta Anugrah dalam orasinya mengatakan, Kejari Cibadak sebagai salah satu pihak yang berwenang dalam melaksanakan penegakan hukum terlebih dalam menangani kasus korupsi. Namun kenyataan hari ini, Kejari Cibadak telah gagal dan tidak serius dalam mengusut tuntas kasus korupsi di wilayah kekuasaannya.
"Kami menuntut Kejari Cibadak untuk serius dan tetap mengedepankan azas keadilan dalam mewujudkan keadilan di Kabupaten Sukabumi ini. Oleh karena itu, kami mendesak agar kasus yang sudah berjalan supaya segera dituntaskan," ujar Dewek Sapta Anugrah.
Dalam perjalanan penanganan kasus selama ini, lanjut Dewek, publik atau masyarakat sudah mengetahui bahwa pihak Kejari Cibadak sudah menetapkan tersangka dalam kasus besar seperti Tenjojaya, kasus kuota haji dan kasus tindak pidana korupsi lainnya. Namun anehnya, meskipun sudah merugikan keuangan negara, tapi para tersangka hingga saat ini belum juga dilakukan penahanan.
"Sudah merugikan keuangan negara miliaran rupiah untuk memperkaya diri koruptor namun sampai saat ini mereka masih berkeliaran di mana-mana. Ke mana Kejari, ada apa di balik semua penanganan kasus ini. Intinya Kami mendesak tangung jawab kejaksaan dalam melaksanakan proses penyelesaian penetapan tersangka yang sudah ditetapkan selama ini," bebernya.
Saat Kasi Intel Kejari Cibadak, Arya Wicaksana mengajak pengunjuk rasa untuk melakukan audiensi di dalam ruangan, para pengunjuk rasa ini menolak dengan tegas. Mereka meminta Kajari Cibadak, Diah Ayu LI Akbari menemui mereka dan berbicara di depan publik.
"Tidak mau. Kami ingin bu Kajari yang datang menemui kami di sini. Jika tuntutan kami ini tidak didengar, kami berjanji akan melakukan aksi yang sama dengan jumlah massa yang lebih banyak," tandasnya seraya membubarkan diri.
Sementara itu, Kajari Cibadak melalui Kasi Intel Kejari Cibadak, Arya Wicaksana mengatakan, penanganan sejumlah kasus di Kejari Cibadak terus berjalan hingga saat ini. Sehingga, jika disebut jalan di tempat hal itu tidak benar pasalnya penanganan kasus terus berjalan.
"Kami apresiasi atas kritik dan masukan dari mahasiswa tadi. Namun kami sampaikan dengan tegas, penanganan kasus ini masih terus berjalan dengan baik dan profesional," timpal Arya.
Terkait dengan belumnya dilakukan penahanan kepada tersangka yang sudah ditetapkan, Arya menyebutkan sampai saat ini kasus masih ditangani dan pihak yang bersangkutan masih dinilai kooperatif. Ia menegaskan, pihak kejaksaan tidak ingin gegabah dalam melakukan penanganan kasus. "Kami bekerja secara profesional dan tidak akan gegabah," singkatnya. (ren/t)
Langganan:
Postingan (Atom)